Rabu, 04 Juli 2018

Forever [One shoot]

Selamat membaca ya teman-teman, sent kisses from here!
----------------------
Prolog :
Lelucon macam apa ini, selama ini aku membagi cerita, curahan ku, dan keluh kesah ku kepada orang yang telah meninggal 4 tahun lalu. 
Aku tak mengerti. Ia memberi ku kenyataan yang menohok hati dan saat aku mengerti arti menyayangi, dia pergi keatas sana, kembali ke dunia nya. Lalu bagaimana dengan aku yang ditinggalkan?
Akankah aku bisa hidup tanpa mu, Damar?
--------------------
Bagaimana bisa kamu mengucapkan selamat tinggal pada seseorang yang bahkan tidak bisa hidup tanpamu?
-------------------
Terlihat gadis remaja sedang duduk di balkonnya, menikmati angin yang menerpa wajah cantiknya. Tatapannya kosong, hampa, dan penuh kesedihan. Entah apa yang membuat gadis remaja itu murung dan tertutup pada setiap orang.
"Pohon, andai aku bisa seperti kamu, yang selalu tegap dan kokoh walau angin menerpamu." Gumamnya seraya menatap sendu pohon di seberang sana.
Hanya dengan pohon ia selalu membagi cerita, beban, dan keluh kesahnya.
Tatapannya tertuju pada pohon cemara di seberang rumahnya. Pohon cemara yang menjulang tinggi dan lebat, gadis itu tersenyum.
Tok.. Tok.. Tok..
"Cemara, Cemara, buka pintunya." Suara wanita yang familiar itu mengetuk pintu kamarnya. Cemara membuka pintu tersebut.
"Ganti baju kamu, setelah itu temui saya di garasi. Saya akan merombak penampilan kampungan kamu itu." Trista menatap Cemara sinis dan pergi dari hadapan Cemara.
Cemara masuk kedalam kamarnya, ia terduduk di meja belajarnya. Lagi-lagi ia menatap pohon cemara milik rumah seberang, ia pun tak tahu siapa pemilik pohon itu.
Saat Cemara ingin mengambil bajunya di lemari, tiba-tiba sepucuk surat berbentuk pesawat jatuh tepat di bawah kakinya. Ia mengambil surat itu, kemudian membacanya.
Hai, mau berteman dengan ku?
(D)
Cemara menatap surat itu bingung dan menatap keluar jendela, rupanya seorang laki-laki di balkon seberang melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah Cemara.
Cemara sedikit berlari kearah balkonnya, ia tak salah liat. Laki-laki itu sedang tersenyum manis ke arahnya, Cemara membalas senyumannya.
Ia mengambil pulpen dan kertas di meja belajar dan membalas surat dari laki-laki tersebut.
Kamu siapa? Aku baru kali ini melihatmu, biasanya rumah seberang selalu terlihat sepi.
Cemara membentuk surat tersebut menjadi pesawat dan melemparnya ke balkon seberang. Laki-laki itu membaca surat Cemara dan tersenyum.
Tok.. Tok.. Tok..
"Cemara, apa kamu bertelur di dalam sana? Lama sekali ganti bajunya!" Cemara menutup jendelanya dan segera menemui Ibu tirinya.
"Aih Cemara, kenapa kamu masih belum ganti baju juga? Ah sudahlah, kamu memang menyusahkan sama seperti almarhum Papamu! Ayo cepat jalan." Ketus Trista, Cemara berjalan mengekori Ibu tirinya.
Setelah sampai di mobil, tak ada percakapan di antara mereka. Trista konsentrasi menyetir, sementara Cemara hanya memandang ke arah luar jendela. Hingga akhirnya Trista membuka percakapan.
"Cemara, saya ingatkan sekali lagi. Kamu itu calon pengganti Papamu di perusahaan, karena kamu anak satu-satunya. Jadi kamu harus menunjukkan pada semua orang bahwa kamu itu gadis yang cantik, modis, dan keren. Jangan mempermalukan nama Papamu!"
"Memangnya apa yang salah dengan penampilanku? Aku suka seperti ini." Cemara menatap Trista dengan berani.
Trista tertawa sinis, "Para investor bisa-bisa kabur saat melihat penerus Morish Algren yang cupu dan kumal seperti ini. Ini semua karena kamu terlalu sibuk dengan tanaman sialmu itu, pokok jika kamu gak mau merubah penampilan kamu, saya pastikan besok pagi tanamanmu sudah ludes."
Cemara mendengus kesal, lagi-lagi Ibu tirinya mengancam akan membabat habis tanamannya. Ia benci hidupnya yang dijadikan robot oleh Ibu tirinya ini.
"Oh ya satu lagi, jika kamu sudah berumur 18 tahun dan bisa mengambil alih perusahaan, jangan lupakan bagian saya. Karena Papamu yang sialan itu tidak membagi hartanya sedikitpun padaku, dan hanya memberi seluruhnya padamu. Beruntunglah kamu, saya tidak menyiksa kamu seperti Ibu tiri pada umumnya."
Cemara menundukkan kepalanya, ia merasa geram dengan hidupnya yang seperti ini. Tak terasa mereka sudah sampai di Mall ternama. Trista menarik tangan Cemara menuju salon.
"Mbak, pokoknya buat gadis ini semulus dan secantik mungkin."
Cemara mendapatkan treatment terbaik dari salon itu, ia dilulur dan mandi susu. Rambutnya diberi vitamin serta dibentuk menjadi rambut yang sangat bagus. Cemara tersenyum senang melihat penampilannya di kaca, sangat cantik dan anggun.
Trista menatap Cemara dengan tatapan penuh dendam, "Cih, tetap saja saat kamu berumur 18 nanti aku akan memaksamu untuk menyerahkan seluruh harta milik Morish. Sekarang kamu boleh senyum-senyum seperti itu, tapi tidak dengan masa yang akan datang."
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Cemara merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Tiba-tiba ia teringat akan laki-laki di rumah seberang, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Cemara membuka jendelanya, laki-laki itu tersenyum menatap Cemara.
Aneh, apa sebetah itukah ia di balkon. Hingga malam hari begini masih duduk disana. Batin Cemara.
Laki-laki itu menuliskan sesuatu di kertas dan melemparnya kearah Cemara.
Tukkk..
Cemara mengambil surat yang jatuh tepat di kakinya dan membacanya.
Hai Cemara, aku beruntung sekali memiliki tetangga secantik kamu. Oh iya, mengapa kamu lepas kacamatamu? Padahal kamu lebih terlihat imut saat sedang mengenakan kacamata itu. 
(D)
Cemara tersenyum kecil dan membalas surat itu.
Ibu tiri ku memintaku untuk merubah penampilan, jadi aku diberikan softlens yang minus untuk menggantikan kacamata itu. Hei, kamu bahkan belum membalas suratku yang tadi sore, mengapa kamu jarang keluar rumah?
Cemara melempar surat itu dan sejenak menatap pohon rindang di seberangnya.
"Pohon, aku kangen orangtuaku." Lirih Cemara, setetes airmata jatuh di pipinya.
Tak lama kemudian, surat itu hampir lagi di bawah kaki Cemara, ia segera membacanya.
Oh begitu ya, aku tidak suka berinteraksi dengan manusia, kecuali denganmu, hehe. Kamu sendiri jarang keluar rumah, kan? Oh iya, mengapa kamu menangis? Jika kamu tidak keberatan, aku siap mendengarkan keluh kesahmu. Aku iri pada pohon yang setiap waktu menjadi tempatmu bercerita. 
(D)
Cemara pun mulai menuliskan kisah hidup mirisnya yang ditinggal kedua orangtuanya, kemudian meninggalkan ia bersama Ibu tiri bernama Trista yang gila harta. Trista adalah istri kedua Papanya. Dahulu sekali, Papanya mengira istri pertama nya alias Mamanya tidak bisa hamil maka dari itu Papanya menikah lagi. Tapi ternyata Mamanya hamil dan menghadirkan Cemara ke dalam dunia ini.
Papanya berjanji jika ia sudah tiada, ia akan mewariskan seluruh hartanya pada Cemara anak satu-satunya. Trista merasa yang merasa diperlakukan tidak adilpun menyusun rencana jahat untuk merebut harta Morish Algren.
Sejak umur 7 tahun hingga sekarang ia berumur 16 tahun, Cemara tidak pernah merasakan kehangatan seorang Ibu. Trista memang tidak sekejam Ibu tiri pada umumnya, namun Trista tak pernah menunjukkan sedikitpun rasa kasih sayangnya terhadap Cemara. Yang Trista tunggu adalah saat-saat dimana umur Cemara 18 tahun, Cemara wajib memberi bagian kepada Trista. Setidaknya itu yang Trista katakan dari dulu.
Cemara menceritakan semuanya lewat tulisan, bulir-bulir airmata menghiasi kertas usang itu. Cemara melempar kertas itu ke arah laki-laki di seberangnya.
Cemara merasa lega karena ia telah membagi kisahnya kepada orang, walaupun lewat tulisan.
Jangan menangis, Cemara. Airmatamu sangat berharga untukku, jadilah Cemara seperti pohon yang ada di rumahku. Cemara yang tetap tegap dan kokoh saat angin menerpa, bersabarlah Cemara. Akan ada pelangi sehabis hujan, percayalah. By the way, namaku Damar. Mulai sekarang kita berteman ya? Kamu janji harus menceritakan apapun yang kamu lalui sehari-hari. Aku akan dengan senang hati membaca tulisan-tulisan indahmu.
Cemara mengusap airmatanya, lalu tersenyum. Seakan tak sadar bahwa ini sudah tengah malam, Cemara terus membalas surat dari pria itu.
Kamu sekolah dimana? Bisakah besok kita bertemu, aku rasa aku mulai ingin dekat denganmu, Damar.
Pria itu terlihat murung dan kecewa saat membaca surat dari Cemara.
Aku tidak suka berinteraksi sosial, jadi aku tidak sekolah. Dan aku sama sekali takut keluar rumah, tak cukupkah hanya melihat wajahku dari seberang sana?
Cemara membalas surat itu dan melemparkannya kearah pria itu.
Sebenarnya tak masalah, hm. Baiklah, hei apakah kamu juga penyuka tanaman? Kulihat ada beberapa tanaman yang antik di taman belakangmu. Aku juga suka tanaman, jika kamu mau bertemu denganku, maka datanglah kerumahku. Aku akan menunjukkan beberapa tanaman yang sedang terkenal saat ini. By the way, aku mengantuk. Besok kita lanjutkan lagi ya surat-suratannya. Senang berteman denganmu, Damar.
Cemara melempar surat itu dan tersenyum ke arah Damar. Ia menutup jendelanya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Mengenal Damar sepertinya membuat dirinya lebih tenang dan bersemangat hidup.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Cemara tersenyum saat melihat membuka jendela dan sudah ada Damar bertengger manis di balkonnya, lagi-lagi Damar melemparkan surat.
Selamat pagi, Cemaraku. Kuharap harimu lebih baik dari hari kemarin, have a nice day!
Cemara tersenyum senang, hingga sampai di sekolah senyum tak pernah hilang dari wajah Cemara. Beberapa temannya bingung karena Cemara terlihat lebih gembira dan bergairah untuk hidup pagi ini. Tak seperti biasanya, Cemara yang dulunya murung kini menjadi Cemara yang periang.
Hari demi hari berganti, Cemara semakin nyaman dengan Damar. Walaupun realitanya mereka hanya berkomunikasi lewat surat, tetapi Damar menghasilkan efek yang sangat dahsyat bagi seorang Cemara.
Tak jarang Cemara terburu-buru pulang karena ingin bersurat-suratan dan melihat wajah tenang Damar.
Hari ini tepat ulangtahun Cemara yang ke 17, pukul 00.00 ini Cemara masih saja bersurat-suratan dengan Damar.
Selamat ulangtahun yang ke 17 Cemaraku yang cantik. Malam ini tidak ada bintang, mungkin bintang nya malu karena ada kamu yang lebih indah dari padanya. Aku mencintaimu, Cemaraku. Jadilah teman hidupku.
Cemara menatap surat itu dengan senyuman, ia membalasnya.
Aku juga mencintaimu, Damarku. Aku selalu berandai-andai kamu memelukku, selama ini kita hanya tatap-tatapan dari seberang. Aku memimpikan memiliki anak denganmu, dan akan aku namakan Anggrek, karena Anggrek itu cantik. Hahaha, lelucon macam apa ini diumur yang baru menginjak 17 tahun aku sudah memikirkan anak. Hei, aku ingin dengar suaramu, bernyanyilah untukku malam ini, Damar.
Cemara melempar kertas itu dan tepat ditangkap oleh Damar. Damar membacanya tersenyum, ia pun mulai bernyanyi.
When you try your best but you don't succeed
When you get what you want but not what you need
When you feel so tired but you can't sleep
Stuck in reverse
And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone but it goes to waste
Could it be worse?
Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you.
Fix you - Coldplay
Cemara menangis bahagia, akhirnya ia bisa mendengar suara Damar. Selama ini ia menunggu-nunggu hal tersebut.
"Jangan menangis, Cemara. Tidurlah, apapun yang terjadi di hari esok, kamu harus kuat. Apapun itu."
Cemara mengusap airmatanya, ia menutup jendelanya dan berhambur ke arah kasur. Menangis, kemudian tertidur.
🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀
Keesokan harinya, rasa penasaran Cemara sudah tidak dapat dibendung lagi, ia berniat mendatangi rumah Damar. Namun saat Cemara sampai di depan rumahnya, ia melihat ada mobil polisi dan ambulance.
Cemara mengernyitkan dahinya, ia bertanya pada polisi yang sedang berdiri di depan rumah Damar.
"Ada apa, pak? Kenapa ada ambulance?"
"Pemilik rumah ini ditemukan tergantung di kamarnya, kami baru mengetahui hal ini karena ada beberapa tetangga yang mengatakan rumah ini selalu sepi dan tercium bau busuk dari rumah ini."
Bagai disambar petir ditengah hari bolong, Cemara terperangah.
"Permisi-permisi." Dua orang petugas mengangkat jenazah, Cemara melirik jenazah tersebut.
Damar.
Cemara menutup matanya, karena Damar yang kali ini tidak seperti yang biasa ia lihat di balkon. Damar kali ini putih pucat, tangannya membiru, dan terlihat dingin.
Cemara tak kuasa menahan semuanya, kakinya luruh, ia terjatuh di tanah, matanya terasa panas, dan hatinya sakit bukan main. Tangannya bergetar hebat, ia masih tak mengerti dengan semuanya.
"Pak, kalau boleh tau pemilik rumah ini dari kapan meninggalnya?" Lirih Cemara menatap nanar sang polisi.
"Dengar-dengar sih 4 tahun yang lalu, namun tak ada yang mengetahuinya. Karena pemilik rumah ini sangat tertutup pada siapapun, hingga kematiannya tak ada yang mengetahui."
Cemara menutup mulutnya tak percaya. 4 tahun yang lalu, ia belum mengenal Damar. Tahun kemarin saat umurnya 16, ia baru mengenal Damar.
'Dengan siapa selama ini aku surat-suratan? Dengan siapa selama ini aku curhat? Siapa yang selama ini selalu menjadi tempatku untuk pulang?' Beribu pertanyaan tersimpan dibenak Cemara.
Cemara tertawa dalam hati, ia bangkit dan berlari kerumahnya menuju kamarnya. Ia membuka jendela, ia tertawa saat tidak melihat siapapun di balkon seberang sana, jendela kamar Damar pun tertutup rapat.
Biasanya saat Cemara membuka jendela, Damar selalu berada di balkonnya kapanpun.
Lagi-lagi Cemara dikagetkan dengan secarik kertas di atas meja belajarnya.
Cemaraku, jangan bersedih, maafkan aku jika aku menakutkanmu, aku senang sekali bisa bertemu dan menjadi tempat keluh kesahmu, maafkan aku sekali lagi. Aku sadar kita berbeda dunia. Selamat tinggal Cemaraku, lanjutkan lah hari-harimu seperti biasa. Aku akan selalu memperhatikan kamu dari atas sini, aku menunggu saat-saat kita bisa bersama nanti.
Aku yang selalu mencintai mu,
Damar.
Cemara meremas surat itu dan membuangnya asal, ia membanting tubuhnya ke kasur dan menangis sejadi-jadinya.
'Aku baru saja bahagia, tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Kepedihan selalu saja menohok hatiku, bahkan aku mencintai roh Damar.
Apa seberat inikah ujian dari Tuhan? Kalau iya, aku tak sanggup.Batin Cemara.
Hari demi hari, kesehatan Cemara mulai memburuk karena ia tak mau menyentuh makanan sama sekali semenjak 2 bulan yang lalu. Dan itu membuat Trista kelimpungan, jika Cemara mati maka harta itu akan disumbangkan ke panti-panti. Dan Trista tak akan mendapatkan bagian sepeserpun.
'Damar, ini hari ke 61 aku tidak makan.
Tubuhku ringkih seperti mayat hidup.
Aku merindukanmu, Damarku. Aku merindukan senyummu dari seberang sana serta surat-surat yang selalu mengisi hari-hariku.' Batin Cemara.
Dengan tergopoh-gopoh, Cemara berjalan menuju meja belajarnya. Ia mengambil beberapa surat dari Damar yang ia simpan di laci.
Ia membacanya kembali mulai dari yang pertama.
Hei, mau berteman dengan ku?
(D)
Cemara memegang dadanya yang terasa sakit saat membacanya, airmata tak kuasa jatuh dari mata indahnya.
'Mengapa sesakit ini saat mencintai orang yang ternyata tidak satu dunia denganmu?
Apa aku harus menyusulmu Damar?Batin Cemara.
Suara Damar yang bernyanyi lagu Fix you terus terngiang-ngiang di telinga Cemara. Tak terasa ia ikut menyanyi lirih.
And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone but it goes to waste
Could it be worse?
Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you.
Cemara menatap balkon di seberangnya penuh dengan kesedihan.
'Kapan kamu akan berdiri lagi di situ?
Dan tersenyum padaku, aku rindu senyummu, Damar.' Batin Cemara menangis.
Cemara meringis kesakitan, ia tak kuasa menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, tapi itu tak sebanding dengan rasa sakit hatinya.
Tiba-tiba pandangan Cemara buram dan memutar. Sekilas ia melihat Damar berdiri dan tersenyum kearahnya.
Cemara tersenyum, ia merasakan ada tubuh yang merengkuhnya dan mencium kening, pipi, dan berakhir di bibir ranumnya.
"Damar? Kamu datang?"
"Aku datang sayang. Aku sudah lama menantimu, kini sudah tiba saatnya kita bersama-sama di atas sana. Kamu rindu orangtuamu, bukan?"
Cemara mengangguk dan tersenyum, mungkin saat ini ajal menjemputnya.
"Kematian yang indah." Ucap Cemara sebelum rohnya pergi meninggalkan tubuhnya.
☁☁☁☁☁☁☁☁
"Akhirnya setelah menunggu sekian lama, aku bisa bersamamu lagi selamanya cinta sejatiku, Cemara."
"Aku mencintaimu selamanya, Damarku."
☁☁☁☁☁☁☁☁
Pohon-pohon di taman belakang rumah Cemara layu dan berguguran saat Cemara dinyatakan meninggal dunia, bahkan setelah hujan yang deras pun tak membuat pohon-pohon itu hidup kembali.
Mereka berduka, mereka rindu diajak bicara oleh Cemara. 
Tapi seorang Cemara yang sekarang tinggallah nama. Pohon Cemara yang sekarang sudah berbahagia dengan cinta sejatinya yaitu pohon Damar, dan selamanya akan begitu.

-----------------------------
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar