dalam memperoleh sumber berita, manusia adalah sumber utama untuk mencari berita karena manusia memiliki akal sehat untuk berpikir. Manusia tepat untuk dijadikan sumber berita, apabila manusia tersebut:
- Terlibat
langsung di
dalam suatu masalah atau peristiwa yang dijadikan berita (manusia tersebut
mengalami sendiri peristiwa atau masalahnya).
- Tidak
terlibat langsung di
dalam suatu masalah atau peristiwa yang dijadikan berita, tetapi
mempunyai hubungan erat secara formal, persahabatan, persaudaraan, atau
keluarga dengan manusia yang terlibat langsung pada
masalah/peristiwa tersebut.
- Menyaksikan
jalannya atau terjadinya suatu peristiwa yang dijadikan berita (manusia tersebut biasa
dinamakan saksi mata).
- Memiliki
wewenang dan menangani
secara langsung suatu masalah atau peristiwayang dijadikan berita
(misalnya, polisi yang bertugas menangani langsung suatu peristiwa
kejahatan).
- Ahli
di dalam bidangnya. (Misalnya
seorang ahli pelayaran dapat diminta pendapatnya, sehubungan dengan
terjadinya peristiwa kapal yang tenggelam).
Namun,
menurut Luwi Ishwara dalam buku “Catatan-Catatan Jurnalisme
Dasar” bahwa sumber berita tidak hanya didapatkan melalui narasumber
saja. Berikut ini adalah sumber berita untuk keperluan jurnalisme.
1. Observasi Langsung
Sumber ini paling meyakinkan para konsumen berita, karena para jurnalis mengamati secara langsung peristiwa yang terjadi. Terdapat kepercayaan yang besar dari perusahaan media dan konsumen kepada para jurnalis dalam menghimpun fakta melalui observasi.
Sumber ini paling meyakinkan para konsumen berita, karena para jurnalis mengamati secara langsung peristiwa yang terjadi. Terdapat kepercayaan yang besar dari perusahaan media dan konsumen kepada para jurnalis dalam menghimpun fakta melalui observasi.
Misalkan ada tragedi pesawat jatuh
karena menabrak gunung, maka diharapkan para jurnalis dapat menggambarkan
secara deskriptif terhadap kejadian tersebut yang dirasakan oleh jurnalis yang
berada di lapangan.
2. Sistem Beat
Semua
perusahaan media saat ini menerapkan sistem beat. Sistem ini
mengarahkan para jurnalisnya untuk memegang bidang tertentu. Pembagian ini bisa
berdasarkan wilayah atau bidang-bidang dalam suatu media, contohnya bidang
politik, hukum, olahraga, entertainment,
metropolitan, atau ekonomi. Bahkan, dari bidang-bidang tersebut bisa diperkecil
lagi, misalkan ada yang khusus menjaga pos Istana Negara, kantor KPK, markas
Polda Metro Jaya, ataupun markas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sistem beat ini terbukti lebih efektif untuk memfokuskan
jurnalis sehingga pengetahuan yang dimiliki jurnalis lebih dalam lagi karena
sehari-hari banyak menghabiskan waktu untuk bidang-bidang tersebut.
3. Narasumber
Narasumber
tidak hanya mencakup human sources.
Sumber bisa berasal dari catatan, dokumen, referensi, buku, kliping, dan lain
sebagainya yang disebut sebagai physical sources.
Yang harus diperhatikan saat
mewawancarai narasumber adalah pastikan sumber yang diwawancara itu memenuhi
syarat, seperti kredibel dan dapat dipercaya. Berlaku juga jika mengambil
sumber dari referensi, karena bisa saja sumber referensi itu sudah tidak
relevan karena adanya perkembangan seiringnya waktu.
4. Wawancara
Terdapat tiga prinsip dasar dari
wawancara, yaitu:
1. Wawancara pada dasarnya adalah
perbincangan antara dua pihak untuk mendapatkan informasi yang akan disampaikan
kepada publik. Pembicaraan ini merupakan pertukaran informasi yang bisa
memunculkan suatu kebenaran.
2. Bukan berarti jurnalis menjadi
banyak bicara saat wawancara. Justru yang seharusnya banyak bicara adalah yang
diwawancara karena orang tersebut yang memiliki informasi yang jurnalis
inginkan. Menjadi tugas jurnalis untuk menggali informasi tersebut lewat
wawancara.
3. Jurnalis dianjurkan agar menjadi
ahli setelah mewawancarai narasumber terhadap suatu topik tertentu. Dalam hal
ini, jurnalis dengan narasumber harus sama-sama terbuka dan berterus terang
agar keduanya sama-sama mendapatkan keuntungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar