Dalam proses pengumpulan fakta, data, kemudian menganalisanya dan menyusunnya menjadi berita, sampai pada proses berita tersebut disajikan kepada publik, semuanya tidak lepas dari unsur wawancara.
Tentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari sebuah wawancara, seorang reporter, wartawan, penyiar, atau news anchor harus menguasai berbagai ragam teknik wawancara. Selain wawasan, nalar, teknik berkomunikasi dengan lawan bicara juga harus dikuasai oleh seorang pewawancara. Tetapi di setiap proses wawancara dalam memperoleh bahan berita pasti ada saja hambatan dan rintangan yang harus dilalui oleh seorang pewawancara, baik sebelum, saat, dan sesudah wawancara. Namun semua hambatan dan rintangan itu pasti ada solusinya dan bisa dihindari.
Berikut hal sulit yang terjadi sebelum wawancara beserta solusinya :
- Menentukan siapa yang akan diwawancarai. Solusinya adalah dalam menentukan narasumber harus dengan mempertimbangkan kompetensi dari narasumber sesuai dengan materi wawancara yang akan dibahas, agar tidak salah pilih narasumber.
- Narasumber sulit dihubungi atau tidak kooperatif untuk diwawancara. Solusinya adalah hubungi narasumber dari jauh hari dan tidak mendadak, jika narasumber tersebut tidak bisa hadir, maka cari narasumber setipe.
- Mencari informasi latar belakang narasumber, kompetensinya, institusinya, jabatannya, perannya, dll. Dalam mencaari latar belakang narasumber, dapat diperoleh dari berita-berita dimedia massa, searching internet, dari orang dekat yang menjadi penghubung atau biasa disebut sebagai ajudan/sekretaris, dari website organisasinya, dan sumber-sumber lain.
- Mengatur alur wawancara supaya tidak out of topic. Alur wawancara harus teratur dan jelas tertanam di otak, bisa juga menggunakan catatan agar tidak lupa.
- Menentukan struktur atau daftar pertanyaan dan bagaimana teknik bertanya yang tepat. Teknik bertanya khusus kadang diperlukan untuk mewawancarai narasumber yang memiliki karakter khusus atau khas. Disinilah perlunya pewawancara mengetahui latar belakang dan karakter narasumbernya.
Pada saat wawancara berlangsung, hal yang sulit dalam proses wawancara yaitu :
- Kaku, solusinya adalah mencairkan suasana (ice breaking) untuk membuat narasumber merasa nyaman dan ada kedekatan dengan pewawancara dan tim belakang layar.
- Jawaban narasumber terlalu menohok atau tidak memuaskan, solusinya adalah pewawancara harus mencairkan suasana agar narasumber tidak defensif.
- Baik pewawancara maupun narasumber nervous atau gugup, solusinya bisa dengan ice breaking, agar santai dan anggap saja teman yang sudah kenal lama, sehingga mengobrolnya pun enak.
- Narasumber blank sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik, solusinya yaitu memberikan jeda untuk narasumber atau bisa juga dengan memberikan air putih agar fokus kembali.
- Narasumber secara mendadak tiba-tiba sakit, pusing, dan tidak bisa diwawancara, memberikan jeda untuk narasumber bisa menjadi salah satu solusi dalam hal ini.
- Menahan tawa, solusinya adalah harus fokus dan santai.
Sesudah wawancara, kesulitannya yaitu :
- Tetap harus ice breaking agar tidak kaku dengan si narasumber.
- Tiba-tiba narasumber berubah pikiran, tidak ingin wawancara tersebut ditayangkan karena ada suatu hal, solusinya adalah sebelum wawancara harus ada perjanjian hitam diatas putih bahwa narasumber bersedia ditayangkan wawancaranya dan harus meyakinkan lagi bahwa narasumber benar-benar ingin menjadi sumber data.
- Menyimpulkan hasil wawancara, solusinya adalah tidak terlalu terburu-buru dalam menyimpulkan sehingga hasil akhir wawancara berupa data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar